Terlebihdengan citra satelit beresolusi tinggi, hasil yang diberikan hampir mendekati foto udara. Saat ini telah dipasarkan citra satelit beresolusi tinggi seperti IKONOS (4 m dan 1 m), Quickbird (2.44 m dan 0,61 m) dan World View (0.46 m). (foto udara dan citra satelit) dengan cakupan yang sangat luas dalam waktu yang relatif singkat.
FotoUdara dan Citra Satelit Foto Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu, dalam ruang lingkup atmosfer menggunakan kamera. Misalnya pemotretan menggunakan pesawat terbang, heikopter, balon udara, drone/UAV, dan wahana lainnnya. Keuntungannya, penggunaan foto udara menghasilkan gambar/citra yang lebih detail
CitraSatelit Tegak Resolusi Tinggi dan Foto Udara Peta Mudik 2019 SRGI Status Simpul Jaringan 310 Simpul Jaringan * Terakhir kali update 2 jam yang lalu Ina-Geoportal Metadata Data Terbanyak Data Terbaru Kabupaten Bantul Metadata: 1714 Provinsi Sumatera Selatan Metadata: 1189 Kabupaten Ogan Komering Ulu Metadata: 904 Kabupaten Sleman Metadata: 725
Citrasatelit adalah gambar permukaan yang dibuat oleh wahana satelit sedangkan foto udara dibuat oleh wahana non-satelit seperti pesawat terbang, balon, drone, dll. Bagaimana mengubah sebuah foto udara dan citra satelit menjadi sebuah informasi yang mudah dipahami? Proses itu disebut sebagai proses interpretasi foto udara dan citra satelit.
Vay Tiáťn Nhanh Ggads. - Hasil teknologi inderaja dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto dan citra non foto. Citra foto merupakan hasil teknologi inderaja yang berupa data visual. Sementara itu, citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor bukan berbeda, baik citra foto maupun non foto menjadi produk yang penting sebagai data informasi penginderaan jauh. Selain dari segi pengertian, citra foto dan non foto juga diidentifikasi berdasarkan jenis-jenisnya, sebagai berikutJenis-Jenis Citra Foto dan Non Foto Citra foto dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu. Berdasarkan spektrum elektromagnetik, terdiri dari foto ultraviolet, foto ortokromatik, foto nonkromatik, foto inframerah asli, dan foto inframerah modifikasi. Berdasarkan sistem wahana yang digunakan, terdiri dari foto udara dan citra satelit atau orbithal. Berdasarkan jumlah dan jenis kamera yang digunakan, terdiri dari foto tunggal dan foto jamak. Berdasarkan sumbu kamera, terdiri dari foto vertikal, foto agak condong,dan foto sangat condong. Berdasarkan warna yang digunakan, terdiri dari foto warna semu false color, dan foto warna asli true color. Citra non foto dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, terdiri dari citra inframerah termal dan citra gelombang mikro. Berdasarkan sumber sensor yang digunakan, terdiri dari citra tunggal dan citra multispectral. Berdasarkan wahana yang digunakan, terdiri dari citra dirgantara dan citra satelit. Unsur-Unsur Interpretasi Citra Menurut modul "Geografi" terbitan Kemendikbud, berikut unsur-unsur interpretasi citra Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra. Pada objek citra seperti air laut, dapat memantulkan rona gelap, adapun pada objek pasir memantukan rona terang. Warna adalah wujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit lebih sempit dari spektrum tampak. Misalnya, apabila dijumpai warna cokelat kekuningan pada air menandakan air tersebut keruh. Bentuk adalah variabel kualitatif yang mencerminkan kerangka objek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak objek-objek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi citra melalui unsur bentuk saja. Ukuran adalah unsur dalam objek yang terdiri dari jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Ukuran dapat menjadi faktor pengenal yang dapat digunakan untuk membedakan objek-objek sejenis yang terdapat pada foto udara. Tekstur identik dengan kasar, sedang, dan halus. Misalnya, pada objek pohon besar memiliki tekstur kasar, perkebunan sedang dan tanah kosong memiliki tekstur halus. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek di alam semesta, baik manusia, tumbuhan, maupun hewan. Misalnya, pada aliran sungai di daerah pegunungan memiliki pola aliran radial sentrifugal pola aliran sungai yang menyebar meninggalkan pusatnya. Bayangan dapat menyembunyikan detail pada objek yang berada di daerah gelap. Meskipun bayangan membatasi gambaran penuh suatu objek pada foto udara, namun bayangan dapat menjadi kunci penting dalam interpretasi, mengenali objek yang justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya. Situs adalah tempat kedudukan suatu objek dengan objek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri objek secara langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar. Misalnya pola pemukiman yang memanjang sejajar dengan jalan. Asosias adalah keterkaitan antara objek satu dengan objek lain. Dengan keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu objek sering merupakan petunjuk bagi objek lain. Misalnya, pada objek stasiun kereta berasosiasi dengan adanya rel kereta di sekitarnya. Baca juga Penjelasan Pembagian Wilayah dan Perwilayahan dalam Geografi Sistem Penginderaan Jauh Definisi, Komponen, dan Hasil Teknologi Struktur dan Pola Keruangan Kota Karakteristik Serta Ciri-Cirinya - Pendidikan Kontributor Chyntia Dyah RahmadhaniPenulis Chyntia Dyah RahmadhaniEditor Yonada Nancy
Last Updated On December 4, 2020 DAPATKAN DATA FOTO UDARA & CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI WORLDVIEW-3 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION INDONESIA UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON WA/SMS/TELEPON 0878 2292 5861 E-MAIL mapvisionindonesia Citra foto udara merupakan gambaran berbagai objek yang ada di permukaan bumi yang diambil menggunakan sebuah wahana seperti pesawat terbang, helikopter, balon udara, parasut, drone atau UAV, serta berbagai wahana lainnya. Kamera atau sensor terpasang pada wahana yang dapat dipicu dari jarak jauh atau dapat juga secara otomatis. BACA JUGA 1. Apa Saja yang Termasuk Citra Satelit Resolusi Tinggi? Temukan Jawabannya Pada Postingan Ini. 2. Bagaimana Cara Memperoleh Citra Satelit? 3. Belajar Cara Mengolah Citra Penginderaan Jauh 4. Memahami Citra Satelit 5. Siap-Siap!, Bakal Tersedia Citra Satelit dengan Resolusi 15 cm Saat ini sendiri wahana UAV atau drone sedang menjadi primadona di kalangan yang berkecimpung di dunia pemetaan dan juga industri yang membutuhkan data-data objek di permukaan bumi, karena harga wahana yang lebih terjangkau serta teknologinya yang terus berkembang dengan cepat. Jika ingin langsung membaca pada bagian-bagian yang diinginkan, silahkan klik pada bagian sub-judul yang terdapat di Table of Contents Tipe Foto Udara dan AplikasinyaFoto VertikalFoto Miring RendahFoto Miring TinggiKelebihan Citra Foto Udara Untuk PemetaanKelemahan Foto Udara untuk PemetaanPerbandingan Foto Udara dan Citra SatelitKesimpulan Tipe Foto Udara dan Aplikasinya Terdapat tiga tipe citra foto udara berdasarkan kemiringan sumbu kameranya yaitu Foto Vertikal Posisi sumbu kamera berada dalam posisi vertikal dengan area yang dipotret, sehingga area yang ter-cover tidak terlalu luas. Tipe foto vertikal merupakan tipe yang sering digunakan untuk membuat orthophotos, dalam artian foto mempunyai nilai koordinat setelah dilakukan proses koreksi geometrik. Oleh karenanya tipe foto vertikal banyak digunakan oleh orang-orang di bidang pemetaan serta yang membutuhkan peta yang bersumber dari hasil foto udara. Foto Miring Rendah Jika pada tipe foto vertikal, sumbu kamera tegak lurus vertikal dengan objek yang hendak dipotret, maka pada foto miring rendah, sumbu kamera dibuat miring dengan sudut lebih dari 3 derajat. Dengan penempatan sumbu kamera yang miring, area pertemuan antara permukaan bumi dan langit akan terlihat. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Rendah Kenampakan Horizon Pada Foto Ini Tidak DitunjukkanSumber Foto Miring Tinggi Sama halnya dengan tipe foto miring rendah, tipe foto miring tinggi memiringkan sumbu kamera, namun dengan sudut kemiringan yang lebih besar, yaitu sekitar 60 derajat. Dengan sudut kemiringan sumbu kamera yang lebih besar, cakupan area akan terpotret lebih luas beserta kenampakan cakrawala yang ikut terekam. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Tinggi yang Memperlihatkan CakrawalaSumber Kelebihan Citra Foto Udara Untuk Pemetaan Wahana yang digunakan untuk pengambilan foto udara untuk kepentingan pemetaan seperti contohnya drone, dioperasikan pada ketinggian terbang yang lebih rendah dari posisi awan berada, sehingga foto yang dihasilkan bebas dari awan, yang memudahkan proses interpretasi berbagai objek yang terdapat pada foto udara tersebut. Selain itu, kelebihan dari foto udara yaitu tampilan foto lebih detail dibandingkan dengan wahana lain seperti pesawat terbang dan juga satelit observasi bumi. Saat ini citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi yang dijual secara komersial yaitu Citra Satelit WorldView-3, WorldView-4, dan nantinya menyusul Citra Satelit Pleiades Neo serta Citra Satelit WorldView Legion, mempunyai resolusi spasial mencapai 30 cm dalam posisi nadir, sedangkan foto udara yang dipotret oleh drone mempunyai resolusi spasial lebih tinggi lagi yang bervariasi tergantung ketinggian terbang. Kelemahan Foto Udara untuk Pemetaan Foto udara hasil satu kali pemotretan mencakup area yang kecil jika dibandingkan dengan wahana satelit, oleh karena itu jika area order berukuran luas maka akan banyak sekali foto udara yang dihasilkan, sehingga proses penggabungan foto-foto tersebut menjadi satu kesatuan serta proses pengolahan lainnya akan memerlukan waktu yang cukup memakan waktu. Selain itu, dengan resolusi spasial yang tinggi serta jumlah foto yang harus diolah sangatlah banyak, maka diperlukan komputer dengan spesifikasi yang sangat mumpuni untuk mengolahnya. Faktor cuaca juga sangat mempengaruhi pengambilan foto udara pada area order, seperti misalnya tingkat kecepatan angin. Angin yang bertiup kencang akan mempengaruhi tingkat kestabilan wahana berbobot ringan seperti drone, sehingga akan menyebabkan hasil pemotretan menjadi kurang baik. Pengambilan foto udara juga harus dibarengi dengan pengambilan titik kontrol lapangan atau Ground Control Point GCP untuk memperbaiki tingkat akurasi hasil foto udara hasil pemotretan. Hal ini berbeda dengan citra satelit, dimana akurasi lokasi citra satelit khususnya yang mempunyai resolusi spasial sangat tinggi sudah cukup baik, bahkan tanpa penggunaan titik kontrol lapangan sekalipun untuk area yang datar. Dari aspek biaya pun, diperlukan anggaran yang tidak sedikit, mulai dari pembelian wahana atau penyewaan wahana dan pilot serta operatornya jika wahananya pesawat terbang atau helikopter, pengurusan izin untuk melakukan pemotretan di area tersebut, biaya mobilitas dan akomodasi bagi para operator, serta berbagai biaya terduga di lapangan lainnya. Perbandingan Foto Udara dan Citra Satelit Citra satelit merupakan gambaran permukaan bumi hasil perekaman satelit observasi bumi yang berada di luar angkasa dan berjarak ratusan kilometer dari permukaan bumi. Dengan posisinya yang sangat jauh dari permukaan bumi, maka citra satelit yang dihasilkan satelit dengan sensor optis yang pasif memanfaatkan sumber energi dari matahari, tidak dapat âmenembusâ awan ataupun gangguan lain di atmosfer, sehingga jika pada area perekaman terdapat awan, maka awan tersebut ikut terdapat pada citra satelit hasil perekaman, yang membuat proses interpretasi objek pada area order tidak maksimal. Hal ini tentu saja berbeda dengan foto udara yang tampilannya dapat bebas awan, karena ketinggian terbangnya dapat diatur di bawah ketinggian awan berada. Namun walau terdapat kendala seperti itu, keberadaan awan pada citra satelit dapat diminimalisir atau bahkan dapat dihilangkan sepenuhnya dengan proses pengolahan yang bernama cloud remove. Cloud remove merupakan proses menghilangkan awan beserta dengan bayangannya dengan cara menggantikan awan yang terdapat pada sebuah data citra satelit dengan data citra satelit lain yang bebas awan pada area tersebut. Sebagai ilustrasi dari proses cloud remove ini, dapat dilihat pada animasi di bawah ini Proses Cloud Remove dan Colour Balancing Citra SatelitImage Copyright Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia Animasi di atas memperlihatkan keberadaan awan pada Citra Satelit WorldView-2 dengan resolusi spasial 50 cm tanggal perekaman 21 Januari 2013. Melalui proses cloud remove serta proses pengolahan lainnya seperti orthorektifikasi, penyamaan warna color balancing, serta penggabungan data citra satelit mosaic, bagian yang tertutup awan dapat hilang karena telah diganti menggunakan data citra satelit lain yang bebas awan pada bagian tersebut, dimana pada contoh di atas menggunakan Citra Satelit QuickBird dengan resolusi spasial 60 cm tanggal perekaman 8 Maret 2010. Sebaiknya data citra satelit yang digunakan sebagai pengganti pada proses cloud remove memiliki resolusi spasial yang tidak jauh berbeda dengan data citra satelit utama, sehingga kenampakan citra satelit hasil cloud remove terlihat mulus menyatu seamless. Selain itu juga, tanggal perekaman citra satelit pengganti tidak terpaut jauh dengan tanggal perekaman citra satelit utama, dan kalaupun tanggal perekamannya cukup berbeda jauh, maka diperlukan pembuatan preview hasil cloud remove yang memberikan informasi area mana saja yang telah dilakukan proses cloud remove, sehingga pemakai data dapat mengetahuinya. Faktor atmosfer lain yang cukup menganggu dalam proses interpretasi data citra satelit yaitu keberadaan haze atau kabut. Keberadaan haze pada data citra satelit juga dapat diminimalisir atau hilang sepenuhnya dengan proses pengolahan, seperti contohnya dapat dilihat berikut ini Data Original Citra Satelit WorldView-2 Terdapat HazeImage Copyright Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia Data Olahan Citra Satelit WorldView-2 Tanpa Haze Setelah PengolahanImage Copyright Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia Untuk tingkat kedetailan, citra satelit saat ini kalah dari foto udara. Tingkat resolusi spasial tertinggi dari citra satelit yang dijual secara bebas kepada khalayak umum yaitu Citra Satelit WorldView-3, WorldView-4, dan nantinya Pleiades Neo, serta WorldView Legion, mempunyai resolusi spasial tertinggi 30 cm pada posisi nadir, sedangkan foto udara dapat menghasilkan resolusi spasial lebih tinggi lagi tergantung ketinggian terbang. Namun walau begitu, tingkat akurasi data citra satelit lebih baik bahkan tanpa penyertaan titik kontrol lapangan, terlebih data citra satelit terutamanya yang mempunyai resolusi spasial sangat tinggi sudah dibekali data Rational Polynomial Coefficient RPC yaitu data model 20 titik kontrol yang diberikan oleh pihak vendor. Keberadaan data RPC akan meningkatkan tingkat akurasi data citra satelit setelah dilakukan proses pengolahan orthorektifikasi. Selain itu dari sisi tingkat resolusi spektral, saat ini data citra satelit standarnya memiliki 4 band dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared hingga mencapai ratusan band hyperspektral, yang digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut seperti analisis area yang terbakar lebih mudah menggunakan band SWIR, mengetahui tingkat kerapatan vegetasi melalui pengolahan Normalized Difference Vegetation Index NDVI yang menggunakan band inframerah dekat dan band merah, mengetahui estimasi temperatur suatu wilayah menggunakan band thermal, serta berbagai analisis lainnya. Estimasi Temperatur Permukaan Wilayah Kota Bandung Menggunakan Hasil Pengolahan Band Thermal Citra Satelit Landsat 8Courtesy of Map Vision Indonesia Saat ini juga tingkat kecepatan penyediaan data original citra satelit cukup tinggi, berkisar hitungan hari bahkan jam. Jadi jika Anda memesan data original citra satelit hari ini, maka data original bisa tersedia juga hari ini dan paling lambatnya hanya dalam hitungan hari juga, sedangkan untuk foto udara akan membutuhkan waktu lebih lama, karena untuk memotret sebuah area, operatornya perlu juga ke lapangan untuk mengoperasikan wahananya, meminta izin terlebih dahulu untuk melakukan pemotretan di area tersebut, dan juga pemotretan bisa jadi berlangsung lebih lama dari perkiraan karena faktor medan di lapangan serta faktor cuaca yang sangat mempengaruhi. Tingkat ketersediaan data citra satelit pada semua wilayah di Indonesia dan juga dunia cukup berlimpah, dengan banyaknya satelit-satelit observasi bumi komersial yang saat ini mengorbit, ditambah dengan terus meluncurnya satelit-satelit observasi bumi yang baru. Apalagi satelit-satelit yang baru saat ini didesain mempunyai tingkat revisit time kembali ke tempat semula dapat dalam hitungan hari, bahkan ada yang dalam satu hari dapat kembali ke tempat semula. Dari segi biaya secara keseluruhan, pembelian dan pengolahan data original citra satelit lebih terjangkau dibandingkan foto udara, berhubung untuk mendapatkan data citra satelit kita tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli wahana, mobilisasi ke lapangan, biaya akomodasi, serta biaya tak terduga lain yang timbul di lapangan. Dari sisi pengolahan standar, waktu yang diperlukan untuk mengolah data citra satelit tidak terlalu menghabiskan waktu yang banyak, berhubung cakupan area yang terekam dalam satu perekaman satelit observasi bumi cukup luas bisa hitungan belasan hingga ratusan kilometer persegi dalam satu pengambilan data, sehingga sebuah area yang luas bisa terdiri dari hanya satu scene data citra satelit, dan oleh karena itu data olahan citra satelit dapat tersaji lebih cepat dan dapat digunakan segera oleh pihak user. Kesimpulan Telah dipaparkan mengenai citra foto udara, kelebihan dan kekurangannya, serta perbandingannya dengan citra satelit beserta keunggulan dan kelemahan citra satelit, dimana dengan informasi tersebut Anda dapat menentukan data yang sesuai dengan kebutuhan, anggaran yang Anda miliki, serta berbagai pertimbangan yang lain. Sumber Utama Aerial Photography. Diakses Tanggal 29 Juni 2020. Types of Aerial Photography and Its Application. Diakses Tanggal 29 Juni 2020. POSTINGAN MENARIK LAINNYA 1. [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 2. [Tutorial] Cara Download Peta RBI Gratis 3. [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS 4. [Tutorial] Import Titik-Titik Koordinat di Open Office atau Excel ke QGIS 5. [Tutorial] Stacking Data Citra Satelit Menggunakan QGIS Author Map Vision IndonesiaMap Vision Indonesia merupakan team yang berisikan praktisi di bidang Citra Satelit, Penginderaan Jauh Remote Sensing, Sistem Informasi Geografis SIG, serta Pemetaan pada umumnya. Kami telah berpengalaman khususnya mengerjakan ratusan proyek pengadaan dan pengolahan serta mapping data citra satelit berbagai resolusi dari berbagai vendor sejak tahun 2013.
Foto Udara dan Citra Satelit DAPATKAN DATA CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI WORLDVIEW-3 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION INDONESIA UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON WA/SMS/TELEPON 0878 2292 5861 E-MAIL mapvisionindonesia Foto udara adalah pengambilan foto di udara menggunakan wahana yang dapat bergerak di udara. Mulanya wahana yang digunakan dalam memperoleh foto udara yaitu sebuah balon udara dan pesawat terbang, namun seiring perkembangan teknologi, saat ini beragam wahana dapat digunakan untuk mendapatkan sebuah foto udara. dimana yang saat ini marak digunakan yakni penggunaan wahana berupa Unmanned Aerial Vehicles UAV atau drone. Dahulu penggunaan foto udara lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, dan mulai ramai dipakai oleh kalangan sipil setelah Perang Dunia II selesai. BACA JUGA 1. Apa Itu Foto Udara? 2. Apa Itu Citra Satelit? 3. Penginderaan Jauh 4. Pengertian Citra Satelit 5. Citra Penginderaan Jauh Sejarah Awal Foto Udara Gaspard-Felix Tournachon dikenal juga dengan sebutan Nadar seorang fotografer yang awalnya berprofesi sebagai novelis dan karikaturnis, merupakan orang pertama yang mengambil foto udara menggunakan wahana berupa balon udara, yang dilakukan pada tahun 1858. Namun sayangnya foto udara pertama dan juga foto-foto udara lain hasil jepretan Nadar sudah tidak dapat ditemukan. Saat ini hasil jepretan awal foto udara yang masih bisa disaksikan adalah karya James Wallace Black dan Samuel Archer King yang berjudul âBoston, as the Eagle and the Wild Goose See Itâ yang diambil pada tanggal 13 Oktober 1860 di atas ketinggian 630 meter dari Kota Boston, Amerika Serikat. Selanjutnya pengambilan foto udara menggunakan wahana yang lain terus berkembang, seperti penggunaan layang-layang yang dilakukan seorang meteorologis asal Inggris bernama ED Archibald pada tahun 1882. Pada tahun yang sama, Cecil Shadbolt, melakukan pengambilan foto udara dengan menggunakan wahana berupa balon gas. Pada tanggal 24 April 1909, penggunaan wahana yang lebih berat dibandingkan udara digunakan pertama kalinya, dengan menyematkan kamera gambar bergerak untuk kepentingan pembuatan film bisu berdurasi pendek yang berjudul âWilbur Wright und seine Flugmaschineâ. Sejarah Penggunaan Foto Udara untuk Pemetaan Veteran Perang Dunia I, Francis Wills dan Claude Graham White, mendirikan perusahaan fotografi udara komersial pertama di Inggris pada tahun 1919 yang mereka beri nama Aerofilm, Ltd. Perusahaan tersebut pada tahun 1921, melakukan foto udara vertikal untuk kepentingan survei dan pemetaan, serta selama tahun 1930-an, Aerofilm menjadi perusahaan pelopor ilmu fotogrametri pemetaan dari foto udara. Di negara kita, Indonesia, penggunaan foto udara untuk survei pemetaan telah mulai dilakukan oleh beberapa lembaga pada awal 1970-an Danoedoro, 2012. Namun ketika bangsa kita tengah mulai penggunaan foto udara untuk pemetaan, negara maju malah mulai mengembangkan satelit sumber daya alam sebagai wahana untuk mendapatkan data penginderaan jauh. Jenis Foto Udara Berdasarkan Sumbu Kamera Berdasarkan tingkat kemiringan sumbu kamera, foto udara dibagi menjadi 3 jenis yaitu Foto Udara Vertikal Pada jenis foto udara vertikal, posisi sumbu kamera tegak lurus vertikal atau maksimal sudut kemiringannya 3 derajat dengan area yang hendak dipotret. Jenis Foto Udara VertikalSumber Gambar Foto udara jenis ini banyak digunakan untuk pemetaan karena skala dan objek yang dipotret mempunyai bentuk cenderung tetap serta tidak menutup objek area lain dibandingkan jenis foto udara lain. Contoh Tampilan Foto Udara VertikalSumber Foto Udara Miring Rendah Low Oblique Jenis Foto Udara Miring RendahSumber Gambar Untuk jenis foto udara miring rendah, sumbu kamera membentuk sudut kemiringan antara 3 derajat hingga 30 derajat dengan area yang dipotret. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Rendah Kenampakan Horizon Pada Foto Ini Tidak DitunjukkanSumber Foto Udara Miring Tinggi High Oblique Sumbu kamera pada jenis foto udara miring tinggi membentuk sudut kemiringan antara lebih dari 30 derajat hingga 55 derajat dengan area yang dipotret. Jenis Foto Udara Miring TinggiSumber Gambar Kelebihan jenis foto udara miring, baik yang miring rendah ataupun tinggi, dapat memotret area dalam cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan jenis foto udara vertikal, namun kelemahannya skala dan ukuran objek yang dipotret tidak tetap, sehingga pengukuran dimensi objek menjadi lebih sulit dibandingkan foto udara vertikal. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Tinggi yang Memperlihatkan CakrawalaSumber Citra Satelit Pada saat negara kita, Indonesia, di tahun 1970-an mulai memanfaatkan foto udara untuk kegiatan survei-pemetaan sumber daya, maka di negara-negara yang maju, mereka mulai mengembangkan satelit sumber daya alam untuk mendapatkan data penginderaan jauh. Hal ini bermula dari Program Landsat yang sangat legendaris di tahun 1972, yang hingga kini masih terus berjalan dan telah memasuki seri ke 8 Satelit Landsat 8, bahkan pada tahun 2021 mendatang, rencananya akan meluncur seri ke 9 Satelit Landsat 9. Dan saat ini telah banyak sekali satelit sumber daya alam selain Program Satelit Landsat yang tengah beroperasi di luar angkasa dengan beragam spesifikasi yang dimilikinya. Satelit-satelit sumber daya alam tersebut menghasilkan citra satelit yang merupakan gambaran permukaan bumi dengan beragam resolusi spasial dan resolusi spektral. Dan berikut ini beberapa contoh data citra satelit optis yang dihasilkan oleh satelit sumber daya alam dengan sensor pasif sumber tenaga berasal dari matahari 1. Citra Satelit WorldView-3 Citra Satelit WorldView-3 Wilayah Candi Borobudur â Jawa Tengah dalam Skala 1 1000 Citra satelit yang dihasilkan oleh Satelit WorldView-3 merupakan citra satelit dengan kenampakan paling detail saat ini, dengan resolusi spasial mencapai 30 cm m pada keadaan nadir untuk citra satelit pada band pankromatik. Selain itu, Satelit WorldView-3 saat ini dapat dibilang sebagai satelit sumber daya alam komersial paling canggih untuk kategori satelit penghasil citra dengan resolusi spasial sangat tinggi, karena selain dibekali 1 band pankromatik dengan resolusi spasial 30 cm pada posisi nadir dan 8 band multispektral dengan resolusi spasial meter, pada satelit ini juga terdapat 8 band pada spektrum elektromagnetik Short Wave Infra Red SWIR, serta 12 band multispektral untuk Clouds, Aerosols, Vapors, Ice, & Snow CAVIS. Keberadaan band SWIR pada Citra Satelit WorldView-3 bermanfaat untuk menghasilkan citra satelit yang bebas dari berbagai gangguan yang menghalangi tampilan objek pada citra satelit seperti kabut, haze, serta awan tipis. Selain dari hal tersebut, hadirnya band SWIR juga dapat untuk melihat titik api aktif yang terekam oleh satelit. Visible & SWIR pada Data Citra Satelit WorldViewâ3 Sedangkan untuk sensor CAVIS yang terdiri dari 12 band bertujuan untuk menghasilkan citra satelit dengan tampilan yang lebih bersih dari awan, kabut, dan berbagai gangguan lain di atmosferik, serta menampilkan warna yang selaras seamless antar data citra satelit yang mencakup sebuah wilayah. CAVIS 2. Citra Satelit Pleiadesâ1A & Pleiadesâ1B Data Olahan Citra Satelit Pleiadesâ1A Warna Natural Kota Cilegon â Banten Skala 1 Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B merupakan satelit âkembarâ dari vendor Airbus Defence & Space. Disebut kembar karena spesifikasi satelit sama persis dan sama-sama menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 50 cm hasil resampling pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Saat ini Citra Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B merupakan kompetitor terberat bagi citra satelit resolusi spasial sangat tinggi dari perusahaan Maxar Technologies. 3. Citra Satelit SPOTâ6 & SPOTâ7 Data Olahan Citra Satelit SPOT 6 Warna Natural Wilayah Kalimantan Barat Skala 1 Selain Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B, perusahaan Airbus Defence & Space juga memiliki satelit kembar lain yakni Satelit SPOT-6 dan SPOT-7. Untuk Satelit SPOT-6 dan SPOT-7, kedua satelit tersebut menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 150 cm m, pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Saat ini, Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 banyak digunakan untuk berbagai aplikasi karena tingkat resolusi spasial yang tinggi dengan harga yang terjangkau untuk area yang luas. 4. Citra Satelit KOMPSATâ3A Citra Satelit KOMPSATâ3A wilayah Ferrari World, Abu Dhabi â Tanggal Perekaman 26 Oktober 2015Image Copyright KARI, SIIS Negara Ginseng, Korea Selatan, ternyata memiliki satelit sumber daya alam yang menghasilkan citra satelit dengan resolusi sangat tinggi yakni Satelit Korea Multi-Purpose Satellite KOMPSAT. Salah satu seri Satelit KOMPSAT yang masih beroperasi adalah Satelit KOMPSAT-3A yang menghasilkan citra dengan resolusi spasial kelas 40 cm m, pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Dan berikut beberapa citra satelit lain yang dihasilkan dari satelit sumber daya alam silahkan klik pada masing-masing link untuk informasi lebih lanjut terkait citra satelit tersebut Pleiades Neo WorldView Legion WorldView-4 GeoEye-1 Landsat 8 Kelebihan dan Kelemahan Foto Udara dan Citra Satelit Sebelumnya telah dibahas mengenai foto udara dan juga citra satelit optis dengan sensor pasif. Lalu apa kelebihan dan kekurangan foto udara dibandingkan citra satelit?, berikut penjelasannya Saat ini, data citra satelit optis dengan sensor pasif yang mempunyai resolusi spasial tertinggi untuk kepentingan komersial yakni Citra Satelit WorldView-3 dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada posisi nadir, dan jika tidak ada kendala maka pada tahun 2020 ini akan mengorbit juga Satelit Pleiades Neo yang akan menghasilkan citra dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada posisi nadir, serta pada tahun 2021 mendatang akan mengangkasa Satelit WorldView Legion yang akan menghadirkan citra dengan resolusi spasial 29 cm pada posisi nadir. Maka untuk saat ini dan beberapa tahun mendatang citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi yang dijual secara komersial kepada umum yakni 29 cm dan 30 cm. Hal ini berbeda dengan foto udara yang dihasilkan oleh drone atau UAV, dimana resolusi spasial yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan data citra satelit yang tersedia saat ini dapat mencapai 1 cm. Resolusi spasial sebuah foto udara yang dihasilkan tergantung sensor kamera yang digunakan serta penempatan ketinggian terbang drone tersebut. Namun walau mempunyai tingkat resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan data foto udara, data citra satelit mempunyai keunggulan dari sisi tingkat akurasinya bahkan tanpa penyertaan titik kontrol lapangan sekalipun terutama untuk area yang datar, berhubung saat ini kebanyakan data citra satelit komersial terutama yang termasuk dalam kategori citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi sudah dibekali data titik kontrol bawaan dari pihak vendor yang bernama Rational Polynomial Coefficient RPC. RPC merupakan data model titik kontrol yang terdiri dari 20 titik, yang biasa digunakan dalam proses orthorektifikasi data citra satelit. Selain itu, data citra satelit mempunyai keunggulan dari sisi jumlah resolusi spektral. Saat ini, sebagian besar data citra satelit yang memiliki resolusi spasial sangat tinggi mempunyai 4 band yang masuk dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared, beberapa bahkan mempunyai lebih dari 4 band seperti Citra Satelit WorldView-2 yang terdiri dari 8 band multispektral, dan juga Citra Satelit WorldView-3 yang tidak hanya memiliki 1 band pankromatik dan 8 band multispektral, akan tetapi juga memiliki 8 band multispektral Short Wave Infra Red SWIR dan 12 band Cloud, Aerosol, Vapors, Ice, and Snow CAVIS. Untuk data citra satelit lain terutama biasanya yang mempunyai resolusi spasial lebih rendah, malah mempunyai tingkat resolusi spektral lebih tinggi lagi. Sebagai contoh untuk data Citra Satelit Landsat 8 yang mempunyai resolusi spasial tertinggi 15 meter band pankromatik terdiri dari 11 band yang berasal dari 2 sensor yang dimilikinya ataupun contoh lainnya seperti Citra Satelit Sentinel-2A yang memiliki 13 band. Dan bahkan beberapa citra satelit mempunyai ratusan band yang sudah termasuk kategori citra satelit hyperspectral seperi Citra Satelit Hyperion. Keberadaan jumlah band yang banyak pada sebuah data citra satelit sangat bermanfaat untuk analisis lebih lanjut dari data citra satelit, seperti keberadaan band thermal pada Citra Satelit Landsat 8 bermanfaat untuk melakukan estimasi temperatur permukaan suatu wilayah, kemudian kehadiran bandâband inframerah dekat dan band cahaya tampak, dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan vegetasi, tingkat kesehatan sebuah tanaman, dan lain sebagainya, melalui pengolahan Normalized Difference Vegetation Index NDVI. Selain itu, keunggulan foto udara yang dihasilkan oleh drone daripada citra satelit adalah tampilan foto udara yang dapat bebas awan karena penempatan ketinggian drone dapat diatur di bawah keberadaan awan tebal yang dapat menutupi objek di area pemotretan. Sedangkan data citra satelit optis yang menggunakan sensor pasif akan sangat tergantung kondisi cuaca di area perekaman tersebut. Jika ketika satelit melakukan perekaman di sebuah area yang ternyata terdapat awan tebal yang menutupi objek-objek yang terdapat pada area perekaman, maka awan tebal tersebut akan ikut terekam dan akan muncul pada citra satelit yang dihasilkan, sehingga menutupi objek dan mempersulit seorang interpreter untuk melakukan intepretasi objek yang berada di area perekaman. Sebenarnya terdapat juga data citra satelit dengan menggunakan sensor aktif sumber tenaga berasal dari sensor tersebut, salah satunya yaitu citra satelit dengan menggunakan teknologi Radio Detection and Ranging RADAR yang mampu âmenembus awanâ dan menghasilkan citra yang bebas awan. Akan tetapi penggunaan citra RADAR lebih ditujukan untuk memperoleh data topografi dibandingkan untuk melihat berbagai objek yang berada di permukaan bumi, karena tampilan objek pada citra RADAR hasil perekaman berbeda tampilannya dengan citra satelit optis dengan sensor pasif, dimana objek lebih sulit diidentifikasi pada citra RADAR. Namun walau begitu, kendala keberadaan awan pada data citra satelit optis dengan sensor pasif dapat disiasati dengan proses pengolahan. Untuk keberadaan awan tipis seperti kabut atau asap, dapat direduksi atau dihilangkan dengan pengolahan koreksi atmosferik, contohnya seperti yang terlihat di bawah ini Data Original Citra Satelit WorldViewâ2 Area Perekaman Tertutupi Asap Asap pada Data Citra Satelit WorldView-2 Hasil Olahan Warna Natural Haze Removal Plus Enhancement Telah Hilang Ataupun dapat menggunakan band SWIR pada data citra satelit yang mempunyai band tersebut, ataupun penggunaan band SWIR & CAVIS pada Citra Satelit WorldView-3, namun dengan tingkat resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan dengan Citra Satelit WorldView-3 pada bandâband cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared. Tampilan Data Citra Satelit WorldViewâ3 Warna Natural Spektrum Visible/Cahaya TampakC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Menggunakan Kombinasi Band SWIRC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldViewâ3 Kombinasi Band SWIR Pada Area Yang TerbakarC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Pada Band Ke 8 SWIR Hampir Bebas AsapC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Menggunakan Band SWIR, Dimana Tingkat Area yang Terbakar Dapat Terlihat JelasC Maxar Technologies Untuk lebih lengkapnya, Anda dapat membaca postingan berikut ini Melihat yang Tidak Terlihat Menggunakan SWIR Sedangkan untuk keberadaan awan tebal pada data citra satelit, dapat disiasati dengan proses yang diberi nama cloud remove. Cloud remove merupakan istilah untuk menggantikan tampilan awan di sebuah lokasi yang berada pada sebuah data citra satelit dengan data citra satelit lain yang kondisinya tidak terdapat keberadaan awan di lokasi tersebut. Untuk memudahkan pemahaman mengenai cloud remove, Anda dapat melihatnya pada beberapa contoh di bawah ini Menghilangkan Awan Pada Data Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Proses Cloud Remove & Colour Balancing Data Original Citra Satelit WorldViewâ1 & WorldViewâ2 Wilayah Merangin â Jambi Data Citra Satelit WorldViewâ1 & WorldViewâ2 Hasil Olahan Orthorektifikasi + Cloud Remove + Mosaick + Enhance Wilayah Merangin â Jambi Idealnya data citra satelit yang digunakan sebagai data pengganti mempunyai tanggal perekaman serta tingkat resolusi spasial yang sama dengan data citra satelit yang keberadaan awannya hendak dihilangkan. Kalaupun ternyata data penggantinya tidak tersedia sesuai dengan kondisi ideal tersebut, maka hendaknya tanggal perekaman serta tingkat resolusi spasialnya tidak berbeda jauh atau jomplang dengan data citra satelit yang akan digantikan, sehingga nantinya kondisi penggunaan lahan pada area perekaman masih sesuai dengan kondisi yang terekam pada data citra satelit utama. Untuk kelemahan dari data foto udara yaitu secara rata-rata biaya perekaman untuk mendapatkan data foto udara lebih tinggi dibandingkan data citra satelit. Jika menggunakan pesawat terbang untuk melakukan perekaman, dan kita tidak mempunyai wahana tersebut, maka kita harus mengeluarkan biaya untuk sewa pesawat terbang plus biaya untuk pilot, dan pembiayaan lainnya. Selain itu kita harus mengurus perizinan untuk mengambil pemotretan di area pemotretan serta mematuhi berbagai aturan ketika melakukan pemotretan. Jika menggunakan wahana seperti drone yang dilakukan oleh kita sendiri yang posisinya jauh dari lokasi kita berada, maka selain pengurusan perizinan beserta aturan yang harus dipatuhi ketika melakukan pemotretan, kita juga harus mengeluarkan biaya akomodasi serta berbagai biaya lain yang tidak terduga selama di lapangan. Selain itu, pengambilan foto udara menggunakan wahana dengan bobot yang ringan semisal drone, faktor cuaca juga sangat berpengaruh. Kecepatan angin yang terlalu kencang di area pemotretan, akan membuat pergerakan drone menjadi tidak stabil, sehingga foto hasil perekaman menjadi kurang baik. Kecepatan penyediaan data foto udara juga lebih lambat dibandingkan data citra satelit, karena harus melakukan pengurusan perizinan di area pemotretan, waktu yang diperlukan untuk berangkat ke lokasi pemotretan, memastikan terlebih dahulu kondisi cuaca pada area pemotretan sudah ideal, serta resiko kegagalan pemotretan karena drone mengalami kerusakan ketika melakukan pemotretan, yang membuat proses pemotretan diundur. Sedangkan data original citra satelit yang sudah tersedia pada database, saat ini dapat diterima dalam hitungan hari bahkan jam, tanpa harus melakukan pengurusan perizinan dan pergi ke lokasi perekaman. Anda cukup duduk manis di rumah atau kantor Anda, maka dalam waktu yang tidak lama data original citra satelit sudah bisa dapat Anda terima. Selain itu, untuk area yang cukup luas, pengolahan data foto udara memakan waktu yang cukup lama terutama untuk proses ortho mosaick penggabungan data-data foto udara hasil pemotretan untuk mendapatkan tampilan utuh area pemotretan, karena akan terdiri dari banyak data foto udara berhubung dalam satu pemotretan, luasan area yang terportret tidaklah luas. Berbeda dengan hasil perekaman satelit sumber daya alam yang dapat mencakup area dalam sekali perekaman berkisar ratusan hingga ribuan kilometer persegi, sehingga jumlah scene/tile ukuran yang digunakan dalam sekali perekaman sebuah satelit data citra satelit yang mencakup area yang luas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan data foto udara. Begitu juga komputer yang digunakan untuk pengolahan data foto udara memerlukan spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan untuk pengolahan data citra satelit, berhubung begitu banyak data foto udara yang harus diolah menjadi satu kesatuan dengan ukuran file yang besar. Kesimpulan Telah diterangkan mengenai foto udara dan citra satelit, juga kelebihan dan kekurangannya. Anda yang memerlukan data penginderaan jauh, dapat memilih apakah data citra satelit atau foto udara yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan beserta budget yang dimiliki. *** Semoga postingan ini bermanfaat, dan sampai jumpa pada postingan kami berikutnya. Insya Allah. POSTINGAN MENARIK LAINNYA 1. [Tutorial] Cara Download Peta RBI Gratis 2. [Tutorial] Download Data DEM SRTM Langsung di QGIS 3. [Tutorial] Mengetahui Suhu Permukaan Laut dari Citra Satelit MODIS Menggunakan QGIS 4. [Tutorial] Download Data OSM di QGIS 5. [Tutorial] Melakukan Georeferensi di QGIS
Foto udara merupakan hasil pemotretan suatu wilayah dari ketinggian tertentu dalam lingkungan atmosfer menggunakan wahana pesawat atau drone, sedangkan citra satelit adalah pemotretan suatu wilayah di permukaan bumi menggunakan wahana satelit yang dioperasikan dari ruang angkasa. Foto udara memiliki resolusi yang lebih detail apabila dibandingkan dengan resolusi citra satelit. Beberapa kelebihan foto udara diantaranya foto udara menghasilkan gambar atau citra foto yang lebih detail dengan resolusi 15 cm, tidak terkendala awan karena diterbangkan dibawah awan, tetapi foto udara juga memiliki beberapa kekurangan seperti tergantung dari cuaca dan factor angin dalam pengoperasiannya, hasil foto/citra terdiri dari scene-scene kecil yang sangat banyak. Dari segi biaya, foto udara lebih mahal dibandingkan citra satelit karena adanya biaya operasional pesawat, biaya tim ke lapangan dan lain-lain. Citra Satelit penginderaan jauh adalah gambaran kenampakan dipermukaan bumi yang direkam melalui sebuah wahana satelit Penginderaan Jauh. Beberapa keuntungan menggunakan citra satelit adalah citra satelit mampu merekam wilayah yang sulit dijangkau oleh foto udara, citra satelit merupakan teknik tercepat dalam memetakan daerah bencana seperti gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi, citra satelit menggambarkan objek yang lengkap dan sesuai kenampakan sebenarnya dan biaya pembelian citra satelit lebih terjangkau apabila dibandingkan dengan foto udara. Hasil foto udara perkebunan sawit
foto udara dan citra satelit