CaraMenggunakan Keris Omyang Jimbe Cara Menggunakan Keris Omyang Jimbe - cara ritual keris omyang jimbe, cara mengetes keris omyang jimbe, mantra keris omyang jimbe, cara memanggil khodam keris omyang jimbe, ciri ciri keris omyang jimbe asli, keris omyang jimbe darah, harga keris omyang jimbe asli, keris omyang jimbe tambah beras Incoming search terms:cara menggunakan Yangdi maksud Senjata Mythology ada senjata yang berasal dari berbagai cerita mitos dari berbagai negara seperti Yunani sebagai contoh. 1.Excalibur (Arthurian legend) Adalah pedang legendaris yang di miliki King Arthur, kadang-kadang dikaitkan dengan kekuatan magis atau berhubungan dengan kedaulatan yang sah dari Inggris. Sedangkankeris Sengkelat yang juga merasa sangat tertekan oleh kondisi ini akhirnya memerangi Condong Campur hingga akhirnya Condong Campur kalah dan melesat ke angkasa menjadi Lintang Kemukus (komet atau bintang berekor), dan mengancam akan kembali ke bumi setiap 500 tahun untuk membuat huru hara, yang dalam bahasa Jawa disebut ontran-ontran PusakaDunia - Keris Kyai Sengkelat Kuno Nama Pusaka: Keris Kyai Sengkelat Dapur / Bentuk: Kyai Sengkelat Pamor / Lambang / Filosofi: Kulit Semongko Tangguh / Era Kontak Kami 081222886456 Vay Tiền Trįŗ£ Góp 24 ThĆ”ng. Keris - Keris Sengkelat adalah salah satu bentuk dhapur Keris luk 13 yang paling terkenal dikalangan para pecinta Tosan panjang bilah Keris ini tergolong sedang, ada yang permukaan bilahnya nglimpo dan ada yang permukaan bilahnya nggigir sapi karena memakai pada Keris dhapur Sengkelat, antara lain Kembang kacang, Jalen, Lambe gajah satu, Tikel alis, Sogokan rangkap, Sraweyan, Greneng, ada yang memakai jenggot dan ada yang dhapur Sangkelat sangat mirip dengan Keris dhapur Parungsari, mulai dari jumlah luk sampai ricikannya, yang membedakan keduanya hanya pada lambe gajahnya saja. Keris Sengkelat hanya memiliki satu lambe gajah, sedangkan Keris Parungsari memiliki dua lambe gajah. Keris Sengkelat pertama kali dibuat pada jaman Kerajaan Majapahit 1466 - 1478, yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabumi Brawijaya V.Keris Sengkelat pertama dibuat oleh Mpu Supo Mandrangi atas perintah Sunan Kalijaga. Keris tersebut kemudian diberi gelar Kanjeng Kyai Sengkelat sangat terkenal dengan keampuhan tuahnya, sehingga kemudian banyak Mpu-Mpu lain yang mutrani Keris berluk 13 ini sampai pada era Kerajaan-Kerajaan setelah Majapahit dan bahkan sampai sekarang. Filosofi Keris Sengkelat Nama Sengkelat adalah singkatan dari "sengkel atine" atau "sengkeling ati" yang artinya jengkel hatinya marah / kecewa .Keris Sengkelat diciptakan untuk mewakili kondisi rakyat Majapahit pada waktu itu yang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah atau penguasa yang lebih mengutamakan kepentingan kaum pemilik modal atau para pengusaha yang dilambangkan dengan Keris Sabuk Inten. Cerita tentang pertarungan antara Keris Sengkelat melawan Keris Sabuk Inten dan Keris Nogo Sosro merupakan gambaran dari kondisi masyarakat Majapahit pada waktu itu yang sedang mengalami perpecahan. Keris Nogo Sosro yang melambangkan penguasa dan Keris Sabuk Inten yang melambangkan pengusaha kaum pemilik modal dan kaum bangsawan memiliki hubungan yang sangat itu membuat Keris Sengkelat yang mewakili masyarakat bawah rakyat kecil menjadi meradang dan melakukan perlawanan. Keris Sengkelat memang diciptakan dengan tuah kewibawaan yang sangat ampuh untuk menandingi kekuatan Keris Nogo Sosro dan Keris Sabuk Inten, sehingga secara wujud fisik, Keris Sengkelat memang memiliki perbawa yang sangat kuat. Kesan pertama ketika menghunus Keris Sengkelat dari warangkanya adalah pancaran perbawa yang begitu besar dari Keris berluk 13 tidak heran jika Keris ini menjadi sangat populer dikalangan para penggemar Tosan Aji dan banyak dicari oleh para pemimpin serta para pejabat tinggi untuk dijadikan sebagai piandel untuk menambah kewibawaan dan kharisma agar dihormati dan disegani oleh bawahannya dan juga orang-orang disekitarnya. Orang yang memiliki Keris Sengkelat akan memiliki wibawa dan kharisma yang besar sehingga akan dihormati dan disegani oleh semua seorang atasan, maka perintah dan keputusannya akan dipatuhi karena aura kewibawaannya yang sangat kuat akan membuat orang lain tunduk dan "pekewuh" dengan pemilik Keris kepercayaan akan tuah atau khasiat ampuh Keris Sengkelat itulah yang membuat banyak orang ingin memiliki Keris Sengkelat untuk dijadikan sebagai piandel, terutama orang-orang yang memiliki jabatan tinggi sebagai sarana untuk mengokohkan peminatnya sangat banyak, Keris Sengkelat banyak dibuat tiruannya untuk memenuhi permintaan pasar karena harga atau maharnya cukup Keris-Keris Sengkelat buatan baru tersebut seringkali dikatakan sebagai Keris Sengkelat sepuh untuk menarik minat rata-rata orang yang ingin memiliki Keris Sengkelat tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai piandel sehingga sudah pasti yang dicari adalah Keris Sengkelat sepuh. Pesan sesungguhnya dari Keris Sengkelat adalah untuk mengingatkan para penguasa atau para pemimpin agar tidak mengabaikan nasib rakyatnya, agar para penguasa tahu jika rakyatnya sedang "sengkel atine" atau jengkel hatinya karena pemimpinnya tidak mengutamakan kepentingan rakyatnya tapi justru lebih mengutamakan kepentingan dirinya dan golongannya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Keris Sengkelat adalah sebuah pesan tersirat untuk para penguasa agar mau melihat dan turun kebawah memperhatikan kondisi rakyatnya yang "sengkel atine".Jangan sampai rakyatnya merasa tidak puas dengan kepemimpinannya, jangan sampai rakyatnya marah karena sudah sekian lama merasa "sengkel atine" melihat perilaku para penguasa dan aparatur Negara yang tidak berpihak pada rakyat sampai rakyat marah dan mengerahkan kekuatannya untuk melakukan perlawanan karena kekuatan rakyat yang marah tidak akan bisa dibendung. Itulah kenapa Keris Kanjeng Kyai Sengkelat yang pertama kali dibuat oleh Mpu Supo Mandrangi diberikan kepada Prabu Brawijaya, tujuannya agar sang Raja mengerti dengan kondisi rakyatnya yang sedang "sengkel atine" karena kondisi Kerajaan Majapahit pada waktu itu sedang tidak stabil. Keris Sengkelat luk 13 memiliki makna yang sangat dalam tentang kepemimpinan dan juga kental dengan muatan spiritual, karena angka 13 sendiri dalam khasanah Jawa dimaknai sebagai "las-lasaning urip", masa-masa akhir kehidupan atau melambangkan kasepuhan. Ada pengertian lain bahwa luk 13 juga memiliki arti "tri welas", yaitu welas ing sesami, welas ing sato iwen, lan welas ing tetuwuhan. Semua itu diarahkan kepada keselarasan antara Manusia, lingkungan dan TUHAN. Angka 13 juga dianggap sebagai penolak bala, karena terdiri dari angka 1 angka pertama yang memiliki makna permulaan, tunggal dan ke-Esa-an yang melambangkan ke-Tuhanan. Sedangkan angka 3 adalah angka ganjil yang mencerminkan keseimbangan hidup. Dalam kehidupan ini ada 3 perkara yang selalu berkaitan dengan Manusia, contohnya • Ada 3 perkara dalam hidup yang tidak mungkin kembali, yaitu waktu, ucapan dan sebisa mungkin manfaatkanlah waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, menjaga ucapan kita agar tidak menyakiti orang lain karena mulutmu adalah harimaumu dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. • Ada 3 perkara yang tidak kita mengerti dengan pasti, yaitu rejeki, umur dan kita hanya sebatas melakukan apa yang bisa kita usahakan dan selebihnya adalah urusan Gusti Kang Akaryo Jagad. • Ada 3 perkara dalam hidup yang pasti terjadi, yaitu tua, sakit dan karena itu, persiapkanlah masa-masa itu dengan sebaik-baiknya karena ketika Manusia sudah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do'a anak yang terlepas dari adanya tuah, angsar, yoni atau khodam pada Keris Sengkelat, tapi sejatinya Keris ini memiliki makna tersirat yang sangat dalam tentang ajaran kepemimpinan dan muatan spiritual yang seharusnya menjadi pegangan hidup bagi pemilik Keris. Demikian sedikit informasi tentang filosofi dan tuah Keris Sengkelat yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit juga videonyaFilosofi dan tuah sakti Keris Sengkelat - Harta Langit ChannelDukung Harta Langit Channel dengan like, subscribe, komen dan share video ini agar kami dapat terus berkarya untuk mengenalkan dan melestarikan warisan budaya leluhur bermanfaatTerima kasih Kerajaan Majapahit pada suatu ketika dilanda wabah penyakit atau pagebluk. Banyak kalangan rakyat jelata menjadi korban. Di lingkungan istana baik para sentana dan abdi dalem juga banyak yang menjadi aneh tidak diketahui dari mana datangnya, juga penyebabnya dari kekuatan apa, tiba-tiba mewabah menelan banyak korban babad Demak dikisahkan, mereka yang pagi sakit sorenya meninggal, begitu juga sebaliknya sore hari terserang sakit paginya sudah membujur jadi jenazah."Mengapa ini terjadi? Karena adanya aura negatif keris Kiai Condong Campur yang konon dibuat dari besi yang dihuni oleh makhluk-makhluk halus dan makhluk hitam," kata PNA. Masud Thoyib Adiningrat, Pengageng Kedaton Jayakarta, mengutip istimewa tersebut dibuat dari bahan yang diambil dari berbagai daerah dan dinamai Kyai Condong Campur. Nama tersebut dipilih sesuai dengan tujuannya. ā€œcondongā€ yang berarti mengarah, sedangkan "campur" berarti "menjadi satu" atau "persatuan".Sebulan setelah keris itu disimpan di ruang pusaka keraton, di wilayah kerajaan Majapahit, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terjadi wabah penyakit sampar pagebluk. Wabah kali ini jauh lebih ganas dan berbahaya daripada yang sebelumnya pernah kejadian wabah pagebluk yang sebelumnya pernah terjadi, berbagai ritual gaib dan keagamaan diselenggarakan, namun wabah tersebut tidak juga mereda. Tetapi setelah keris Kyai Nogososro dikeluarkan dari sarungnya dan diarak keliling keraton, barulah wabah itu mereda. Kesaktian keris Nogososra berhasil mengatasi wabah yang kali ini sekalipun berbagai ritual gaib dan keagamaan telah juga dilakukan dan keris-keris Nogososro telah dikeluarkan dari sarungnya dan diarak keliling keraton, wabah tersebut tetap saja tidak mereda. Bahkan semua pusaka keraton juga sudah dikeluarkan, tapi wabah tersebut tetap juga tidak wabah kali ini Putri Ayu Sekar Kedaton ikut jatuh sakit. Sudah banyak ahli tabib dari penjuru negeri dihadirkan untuk menyembuhkan sang putri, namun tidak ada yang menampakkan hasil. Bahkan setiap malam tiba sakit sang putri semakin menjadi-jadi. Sang prabu menugaskan segenap abdi dalem untuk bergiliran menjaga sang putri, khususnya di malam setiap malam keris Kyai Condong Campur keluar dari tempat penyimpanannya sehingga menimbulkan wabah penyakit di kerajaan Majapahit yang menyerang banyak orang, termasuk permaisuri Prabu Brawijaya, Dwarawati. Masyarakat Majapahit pun menjadi gempar."Pada saat terjadi seperti itu, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Raden Fatah yang sesungguhnya masih keturunan Majapahit ini memberi bantuan dengan mengirim keris Kiai Sangkelat. Keris inilah yang bisa mengalahkan Kiai Condong Campur," Kyai Sengkelat taklukan Condong CampurKeris Kyai Sengkelat dibuat oleh Empu Supo Madrangi alias Raden Joko Supo. Raden Joko Supo mewarisi kemampuan ayahnya yang dikenal sebagai empu hebat dari kerajaan Majapahit yang hidup di sekitar abad ke Ia beragama Hindu dan setelah bertemu serta berdialog dengan Sunan Kalijaga, kemudian masuk Islam. Dirinya pun menjadi Empu kesayangan Sunan Kalijaga, bahkan dinikahkan dengan Dewi Rasawulan, adik dari anggota Wali Songo Empu Supo yang bertugas membuat keris ini bingung, karena Sunan hanya memberi logam sebesar biji asem sebagai bahan tahu keraguan sang empu, ketika mau ditempa tiba-tiba bahan mentah itu menjelma menjadi bukit. Toh, akhirnya jadi juga sebilah keris berluk 13 dengan tangguh Majapahit saat itu sudah memiliki satu keris yang dianggap sakti mandraguna. Keris itu bernama Nogososro/Sabuk Inten, merupakan salah satu keris legendaris yang dibuat oleh seorang mpu sakti mandraguna bernama Mpu Nogososro merupakan keris tersakti yang bisa membantu melanggengkan kekuasaan seseorang. Kekuatan yang dimiliki keris ini digadang-gadang mampu menaklukan jagat kayangan apabila jugaKeris Pangeran Diponegoro Akan Dipamerkan Saat Kunjungan Raja Belanda ke IndonesiaNamun, kemampuan Nogososro ternyata tidak dapat mengalahkan Condong Campur yang tengah mengamuk. Saat itu keris Condong Campur sedang melintasi langit Majapahit. Melihat itu maka tampillah Keris Nogososro. Mereka bertarung di udara pada malam hari dan akhirnya Nogososro Empu Supo Madrangi mengeluarkan Keris Kyai Sengkelat dari sarungnya. Dengan secepat kilat, keris Kiai Sangkelat menerjang Kiai Condong Campur sehingga patah menjadi kejadian itu wabah pagebluk yang menyerang Majapahit mereda dan sang putri pun berangsur-angsur pulih kesehatannya. Sementara itu, saat ingin dihancurkan dengan cara dibakar hingga warnanya menjadi merah Keris Condong Campur melesat ke angkasa dan menjelma menjadi lintang kemukus yang disaksikan banyak orang. Dari situlah, lintang kemukus dianggap sebagian masyarakat Jawa sebagai pertanda akan datangnya suatu bencana, kerusuhan, kekacauan, perang, kelaparan, kematian, atau wabah keris sebagai pelambangTentunya bagi masyarakat modern, cerita tentang keris yang saling terbang dan bertarung menjadi sulit masuk logika. Bagaimana mungkin keris-keris itu keluar sendiri dari warangka/sarung, terbang di malam hari, dan bertarung satu sama lain?Memang cerita Keris Kyai Sengkelat bisa menjadi sebuah pelambang kejadian yang saat itu terjadi. Sehingga kita bisa mengetahui kondisi yang dialami sebuah Condong Campur cenderung pada padu dimaknai sebagai golongan bangsawan yang di tengah kian bobroknya kerajaan masih hendak menjaga kekuasaannya di Majapahit yang kian majemuk. Pemaksaan kehendak yang mereka lakukan mendapat saat itu diupayakan adanya persatuan dan pembauran condong campur antar golongan. Tetapi yang kemudian terjadi hanyalah pembauran semu di permukaan saja. Padahal sesungguhnya tidak terjadi pembauran dalam kehidupan jugaKeris Pangeran Diponegoro Kembali Ke Indonesia Setelah Hilang Lebih Dari Satu AbadKaum saudagar dan golongan kaya baru di kota-kota pelabuhan, dilambangkan oleh Nogososro/Sabuk Inten bersabuk permata terus mendorong berbagai tata nilai baru yang terbuka. Secara politik mereka masih berhasilnya upaya pembauran ini sesungguhnya disebabkan ketidakinginan para pemilik modal untuk melakukan pembauran tersebut dan khawatir akan terganggunya kepentingan golongan ketiga-lah, yakni rakyat banyak yang jengkel hatinya melihat karut-marut negara, dilambangkan oleh Sengkelat Sengkeling Ati mengakhiri kerajaan ini. Dukungan rakyat dialihkan pada Trah Brawijaya cabang Raden Patah yang telah memeluk Islam di Kerajaan Majapahit sudah menjapai masa kejayaannya, memang terjadi banyak sekali perbedaan heterogenitas di negeri itu. Heteroginitas ini menyebabkan terjadinya perpecahan di masyarakat,baik dari aspek agama, budaya, kasta, dsb. Paling tidak ada 2 golongan yang memiliki perbedaan pandangan sangat tajam pada masa pertama, yaitu golongan pemilik modal, pedagang dan pejabat. Golongan kedua, yaitu golongan masyarakat bawah yang kecewa dengan kondisi yang mereka alami, seperti keterpurukan nasib, tekanan hidup dan antara Keris Kyai Sengkelat dan Condong Campur memang bisa dimaknai berbeda-beda oleh setiap orang. Tapi pada faktanya Kerajaan Majapahit yang pernah begitu jaya akhirnya harus berita, artikel, dan konten yang lain di Google News Keris ini Kyai Sengkelat Paling Mahal, Merupakan Keris Pusaka Termahal di Dunia. Keris Kyai Sengkelat Paling Mahal mempunyai khasiat Insya Allah untuk memudahkan pemilik menjadi penguasa, memuluskan meraih kepemimpinan swasta/politik/pemerintahan/militer, kelancaran meraih jabatan sesuai harapan, kelancaran rejeki mengalir deras tiada kekurangan, mudah mencapai kekayaan berlimpah, kewibawaan bagai raja, dicintai/disayangi bawahan maupun atasan, memudahkan bergaul pada siapa saja, memudahkan mencari relasi, pengasihan pemikat tingkat dewa, membuka mata batin, membangkitkan indera keenam, ditakuti macam macan jin dan siluman, kebal terhadap serangan sihir, mengembalikan serangan sihir seperti santet dan guna-guna, memberikan perlindungan dan keselamatan serta masih banyak manfaat positif lainnya. Pamor ini tidak memilih dan cocok bagi siapa saja. Nama Dapur / Bentuk Keris ini Keris Kyai Sengkelat. Nama Pamor / Lambang / Filosofi Kulit Semongko Istimewa Utuh Tiada Putus. Tangguh / Estimasi Kerajaan Hamengku Buwono V. Tahun Pembuatan Tahun 1822-1855. Model Bilah Pusaka Keris Luk 13. Panjang Bilah-Gonjo Keris 36 CM Panjang Seluruh Keris 43 CM Asal Usul Pusaka Koleksi Pusaka Dunia dari Warisan Keraton Yogyakarta Hamengku Buwono V. Warangka / Sarung Keris Model Ladrang Surakarta. Garansi Kami Pusaka Dijamin Kuno / Sepuh. Foto Keris Asli Tanpa Editan, Dijamin & Garansi Keris Sama Dengan di Foto. Stok produk/barang ini Hanya 1 Buah Saja. 3518Keunggulan Keris Ini Kyai Sengkelat Paling Mahal Walaupun Keris Kuno masih utuh karena terawat dan bahkan seperti keris baru, kami garansi 1000% kuno jadi anda tidak usah kawatir keris orang dalam Keraton Yogyakarta era Raja Hamengku Buwono Kyai Sengkelat dengan kualitas seperti ini jika di pameran keris mencapai harga diatas 100 juta Kayu Cendana Wangi yang bernilai jutaan rupiah, Kayu Cendana Wangi adalah Kayu yang paling disukai dan paling unggul untuk warangka keris, karena kayunya selalu harum walau tanpa dioles minyak, itu mengapa kayu cendana wangi bisa sebagai pengganti minyak pusaka, jadi anda tidak perlu susah susah merawat bertuahnya karena kayu sudah menjadi pengganti tahun belum tentu anda bisa mendapatkan keris kyai sengkelat dengan kualitas seperti maharkan murah sebagai tanda menjaga budaya dan menjalankan amanah nenek moyang, karena hidup bukan hanya berfikir keuntungan Hamengkubuwana V Nama Asli Sri Sultan Hamengkubuwana V adalah Gusti Raden Mas Gathot Menol, putra keenam Hamengkubuwana IV yang lahir pada tanggal 24 Januari 1820 dari permaisuri Gusti Kangjeng Ratu Kencono. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda. Melihat tahun pemerintahannya dimulai tahun 1823 sedang lahirnya adalah tahun 1820 maka Sultan Hamengku Buwono V waktu permulaan bertakhta baru berumur 3 dua V sendiri mendekatkan hubungan Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang berada di bawah Kerajaan Belanda, untuk melakukan taktik perang pasif, dimana ia menginginkan perlawanan tanpa pertumpahan darah. Sri Sultan Hamengkubuwana V mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak keraton dan Belanda, sehingga kesejahteraan dan keamanan rakyat Yogyakarta dapat Hamengkubuwana V tersebut ditanggapi dengan tentangan oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik Sultan HB V sendiri, yaitu Gusti Raden Mas Mustojo nantinya naik takhta bergelar Hamengkubuwana VI. Mereka menganggap tindakan Sultan HB V adalah tindakan yang mempermalukan Keraton Yogyakarta sebagai pengecut, sehingga dukungan terhadap Sultan Hamengkubuwana V pun berkurang dan banyak yang memihak adik sultan untuk menggantikan sultan dengan GRM Mustojo. Keadaan semakin menguntungkan GRM Mustojo setelah ia berhasil mempersunting putri Kesultanan Brunai dan menjalin ikatan persaudaraan dengan Kesultanan Brunai. Kekuasaan Sultan Hamengkubuwana V semakin terpojok setelah timbul konflik di dalam tubuh keraton yang melibatkan istri ke-5 sultan sendiri, Kangjeng Mas Hemawati. Sri Sultan Hamengkubuwana V hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang merasakan pemerintahan yang aman dan tenteram selama masa Sultan Hamengkubuwana V wafat pada tahun 1855 dalam sebuah peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan wereng saketi tresno ā€œwafat oleh yang dicintaā€, Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh istri ke-5-nya, yaitu Kangjeng Mas Hemawati, yang sampai sekarang tidak diketahui apa penyebab istrinya berani membunuh Sultan, suaminya. Sultan HB V mendapat gelar Sinuhun lama setelah Sultan Hamengkubuwana V meninggal, tiga bulan kemudian permaisuri Sri Sultan Hamengkubuwana V pun meninggal setelah jatuh sakit semenjak suaminya meninggal. Kedudukan sultan pun digantikan oleh adiknya seibu, GRM Mustojo, bergelar Hamengkubuwana Sejarah Keris Kyai Sengkelat ; Ketika Kerajaan Majapahit mulai surut, hiduplah seorang empu keris yang sakti mandraguna. Dia bernama Jaka Supa putra dari Bupati Empu yang bernama Ki Supadriya. Jaka Supa adalah seorang pemuda yang sederhana, namun sangat menyukai tapa brata istilah jawanya adalah ā€œGentur lelaku prihatinā€. Kelak atas perjuangan tapa bratanya, beliau akan menurunkan pusaka pusaka yang hebat dan juga menurunkan empu-empu pembuat keris yang luar biasa di tanah jawa. Konon pada suatu ketika, wilayah kerajaan Majapahit dilanda ā€œpageblukā€ yang sangat nggegirisi,hingga banyak para kawula rakyat jelata yang pagi sakit sore meninggal dan sore sakit paginya hanya para rakyat jelata, banyak juga beberapa bangsawan, pandita dan sebagainya terserang penyakit yang sangat misterius ini. Hingga akhirnya kekawatiran Sang Prabu atas nasib penghuni Kraton oleh sebab ganasnya pageblug tersebut terjadi juga, Dyah Ayu Sekar Kedaton jatuh beberapa tabib pinunjul dari penjuru negeri dihadirkan untuk membatu kepulihan sang putri, namun toh hasilnya selalu nihil. Bahkan kalau malam menjelang , penyakit sang putri kian menjadi jadi. Untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan, sang prabu menugaskan segenap abdi dalem untuk bergiliran menjaga sang putri, khususnya di malam hari. Hingga suatu malam, sampailah giliran jaga itu jatuh pada Tumenggung Supandriya dan Tumenggung Supagati. Akan tetapi, karena mereka berdua ternyata sakit, maka tugas itu diwakilkan kepada anak anak mereka. Jaka Supa putra dari Tumennggung Supandriya dan Majigjo adalah putra dari Tumenggung Supagati. Sore itu langit agak mendung, disebelah barat semburat sinar matahari tampak kemerahan menyaput mega. Hingga dari jauh terlihat menakutkan laksana banjir darah siap menerkam majapahit. Mereka Jaka Supa dan Majigja berangkat bersama sama menuju Kraton, ditengah perjalanan tak henti hentinya Majigja menceritakan kerisnya yang indah berlapis emas hasil buatanya sendiri. Keris itu diberinya nama sabuk Inten, sebuah keris yang indah, anggun, berpamor eksotis dan menyimpan enegi gaib yang luar biasa, bahkan sembari bercanda, kadang Majigja setengah meledek keris buatan Jaka Supa yang diberi nama Kyai Sengkelat itu. Sengkelat memang berbentuk sangat sederhana, dia sangat polos , tak banyak ornamen, ibarat naga dia bagaikan seekor naga yang hitam legam tanpa mahkota. Namun dibalik kesederhanaanya itulah, Sengkelat adalah keris yang pilih tanding. Sesampai di keputren, mereka berdua langsung mengambil tempat jaga masing masing. Jaka Supa di sebelah kanan regol, sedangkan Majigja disebelah saat waktu berlalu ,tidak terjadi apa-apa. Namun menjelang tengah malam, tiba tiba angin berdesir agak kencang menebar aura mistis yang menggetarkan hati para prajurit yang ikut menjaga kediaman sang putri, angin itu makin melembut dan melembut, hingga akhirnya banyak prajurit yang kemudian bergelimpangan tak mampu menahan hawa kantuk yang luar biasa. Tiba-tiba dari arah Gedong pusaka muncul sinar merah kehitaman yang sangat terang benderang, sinar itu naik memanjat langit setinggi lima pohon kelapa dewasa. Sinar tersebut berpendar pendar ke segala penjuru, menebarkan hawa teluh atau wabah penyakit yang mengakibatkan pageblug tersebut. Jaka Supa dan Majigja tak bergeming, ternyata hanya mereka berdua yang masih tersisa dari serangan hawa kantuk tersebut, mereka meningkatkan kewaspadaan , setelah mereka cermati ternyata sinar yang menebar teluh tersebut adalah Keris Kyai Condong Campur. Sabuk Inten yang sedari tadi sudah okrak-okrok pengen keluar dari warangkanya tiba tiba melesat naik ke angkasa, pertempuran condong campur dan sabuk inten tak terelakan lagi, namun sabuk inten memang jauh dibawah condong campur, baru sekitar sepuluh menit sabuk inten dapat dikalahkan dan balik ke warangkanya. Bahkan lambung Sabuk Inten ā€œgrimpilā€ dibagian depan , akibat hantaman Condong Campur. Jaga Supa tanggap sasmita, Sengkelat segera dicabut dari warangkanya setelah mendapat restu, keris pusaka tersebut membumbung tinggi ke angkasa, pertempuran terjadi sangat sengit sekali, desak mendesak dan serang menyerang. Setelah hampir subuh condong campur mulai kewalahan hingga akhirnya Sengkelat berhasil mematahkan ujung condong campur satu luk, akhirnya condong campurpun ngibrit ketakutan dan masuk kembali ke gedong pusaka. Sejak saat itu condong campur tak pernah keluar lagi menebar pageblug, semenjak saat itu pula Dyah Ayu sekar kedaton berangsur angsur sembuh, dan atas jasa-jasanya Jaka Supa akhirnya diangkat menjadi Empu Kerajaan kesayangan sang Prabu. Kelak dari tangannya akan lahir pusaka pusaka hebat yang sampai saat ini dikejar kejar oleh para pecinta keris, dan dari beliau juga akan lahir empu empu hebat penerusnya, keturunan terakhir beliau menurut cerita adalah Empu Djeno Harum Braja dari Ngayugyokarto Hadiningrat. Berhubungan dengan cerita di atas, simbah selalu berpesan ; Lee..…. tirunen si sengkelat, dia adalah simbol wong cilik tapi sugih ngelmuā€œbathok bolu isi maduā€ paribasane. Sengkelat orang seneng nuduhake kasudibyane, walau dia sakti, kuat namun sosoknya sangat sederhana, sak anane atau sakmadya. Menurut simbah Sengkelat menjadi ikon bagi para kawula alit yang berilmu tinggi. Konon, kelak dinusantara ini akan muncul sosok pemuda yang sederhana, tapi ketinggian ilmu lahir batinnya luar biasa, dia berasal dari keluarga biasa, yang lebih aneh lagi pemuda tersebut mempunyai pusaka Kanjeng Kyai Sengkelat sebagai tanda bahwa ia adalah pengemban amanat leluhur. Pemuda tersebut akan berjuang membangun Nusantara menjadi negeri yang aman, adil dan Pembeli Baru Wajib Baca Pedoman Membeli Batu Mustika Bagi PemulaCara Memilih Keris PusakaHubungi Kami di BlackBerry 2B1 88008 Phone +6285 2939 88885 Sms +6285 2939 88885 WhatsApp +6285 2939 88885 Line pusakadunia WeChat pusakadunia Instagram pusakadunia

cara menggunakan keris kyai sengkelat